Peranku Bagi Indonesia
Indonesia adalah tempat dimana aku dilahirkan. Menghabiskan masa kecilku di sebuah kota yang nyaman untuk ditinggali, Semarang membuatku merasakan kedamaian Indonesia. Dari SD hingga SMA aku menjalani kehidupanku dengan penuh pembelajaran dan dialog antara diriku dengan orang tuaku, saudara-saudaraku, dan teman-temanku. Sungguh masa kecil yang membahagiakan. Indonesia bagi kami dulu adalah tempat bermain yang luas dan damai. Dan akan selalu begitu, itulah harapanku. Ayah dan Ibuku berasal dari keluarga besar pedagang. dari zaman penjajahan Belanda hingga Jepang mereka bertahan menghadapi masa-masa sulit dengan membuat batik dan kain sarung, membordir, bertani sambil menjalankan tradisi Islam yang ketat. Hingga pada suatu masa keturunan mereka banyak yang beralih menjadi Pegawai Negeri Sipil.
Istilah pegawai negeri sipil ini sempat beralih makna menjadi pemerintah, dan terakhir adalah Aparatur Sipil Negara. Aku lebih suka menggunakan istilah Pegawai Negeri Sipil, karena kami bekerja untuk negeri dan masyarakat sipil yang mendiami negeri itu. Negeri yang dipercayakan sebagai meltingpot cita-cita dan keinginan semua warganya, sejahtera, adil makmur serta memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Kedamaian adalah kata kunci syarat semua itu terjadi. Artinya PNS bekerja karena masyarakat sipil percaya bahwa tidak semua hal bisa ditangani sendiri. Lingkungan terdekatnya perlu mempercayakan urusan negara pada sekumpulan orang-orang yang dipercaya lebih ahli dalam melaksanakannya, sehingga rakyat rela sebagian pajak dipakai untuk beban gaji mereka.
PNS inilah yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan dan penghidupan serupa ayah dan ibu kami, menciptakan keseimbangan dan keteraturan di negara ini. Keseimbangan itu seperti neraca. Neraca negeri ini terdiri dari besarnya modal kepercayaan rakyat dan rasa berhutang kita kepada rakyat, makin besar pula aset rakyat untuk menjadikan negara ini maju dan berkembang. Aparatur Sipil Negara bisa melakukan tindakan yang mempunyai pengaruh luas, seperti benda yang beresonansi bergetar mempengaruhi benda di sekitarnya hanya dengan pengaruh udara. Itulah semangat kita sebagai agen perubah dalam satu negara.
Saat ini tata kelola negeri kita masih perlu diperbaiki. Kadang kita lupa bahwa penyelesaian masalah tidaklah harus diikuti oleh masalah baru. Itulah yang disebut efektif dan efisien. Ketidakseimbangan dan tumpang tindihnya aturan di negara kita, serta ego masing-masing sektoral memenjarakan kita pada titik no way to turn. Stuck in reality. hal itu tidak akan terjadi jika pembuatan sistem dilakukan secara bertahap. mengetahui kesalahan itu penting, tapi memperbaikinya dengan efisien dan efektif, tidak berdampak kerusakan, perlu keterampilan sebagai agen perubahan.
Salah satu peran agen perubahan adalah tetap menjaga keseimbangan walaupun perubahan sendiri itu pasti. Ya, keseimbangan itu adalah ketertarikanku pada ilmu akuntansi. Jika terjadi chaos dan tidak ada keseimbangan berarti ada yang salah dengan fungsi kepercayaan rakyat sebagai modal yang terbesar, atau hutang rasa kita kepada mereka, atau ketidakmampuan memahami keinginan rakyat sehingga aset-aset mereka hilang tanpa tercatat dan tidak berfungsi sama sekali, atau bahkan tidak ketahuan pernah memiliki potensi aset tersebut. Bagaimana cara kita mengembalikan keseimbangan itu? Tentu saja dengan memeriksa akar masalahnya secara teliti, memperbaiki kesalahan dan pada ujungnya merubah, jika cukup pengetahuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu.
Peranku bagi Indonesia adalah menciptakan ceruk kecil berisi sedimentasi beton untuk menyeimbangkan jembatan penghubung dari satu pulau ke pulau lain. Supaya kuat dan bertahan lama hingga tak perlu lagi masyarakat melihat ke jalan yang rusak untuk menghindari lubang. Cukup jalan saja dengan keyakinan yang pasti bahwa jalanan yang rapuh itu tak ada lagi.
Istilah pegawai negeri sipil ini sempat beralih makna menjadi pemerintah, dan terakhir adalah Aparatur Sipil Negara. Aku lebih suka menggunakan istilah Pegawai Negeri Sipil, karena kami bekerja untuk negeri dan masyarakat sipil yang mendiami negeri itu. Negeri yang dipercayakan sebagai meltingpot cita-cita dan keinginan semua warganya, sejahtera, adil makmur serta memberikan perlindungan kepada rakyatnya. Kedamaian adalah kata kunci syarat semua itu terjadi. Artinya PNS bekerja karena masyarakat sipil percaya bahwa tidak semua hal bisa ditangani sendiri. Lingkungan terdekatnya perlu mempercayakan urusan negara pada sekumpulan orang-orang yang dipercaya lebih ahli dalam melaksanakannya, sehingga rakyat rela sebagian pajak dipakai untuk beban gaji mereka.
PNS inilah yang diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan kehidupan dan penghidupan serupa ayah dan ibu kami, menciptakan keseimbangan dan keteraturan di negara ini. Keseimbangan itu seperti neraca. Neraca negeri ini terdiri dari besarnya modal kepercayaan rakyat dan rasa berhutang kita kepada rakyat, makin besar pula aset rakyat untuk menjadikan negara ini maju dan berkembang. Aparatur Sipil Negara bisa melakukan tindakan yang mempunyai pengaruh luas, seperti benda yang beresonansi bergetar mempengaruhi benda di sekitarnya hanya dengan pengaruh udara. Itulah semangat kita sebagai agen perubah dalam satu negara.
Saat ini tata kelola negeri kita masih perlu diperbaiki. Kadang kita lupa bahwa penyelesaian masalah tidaklah harus diikuti oleh masalah baru. Itulah yang disebut efektif dan efisien. Ketidakseimbangan dan tumpang tindihnya aturan di negara kita, serta ego masing-masing sektoral memenjarakan kita pada titik no way to turn. Stuck in reality. hal itu tidak akan terjadi jika pembuatan sistem dilakukan secara bertahap. mengetahui kesalahan itu penting, tapi memperbaikinya dengan efisien dan efektif, tidak berdampak kerusakan, perlu keterampilan sebagai agen perubahan.
Salah satu peran agen perubahan adalah tetap menjaga keseimbangan walaupun perubahan sendiri itu pasti. Ya, keseimbangan itu adalah ketertarikanku pada ilmu akuntansi. Jika terjadi chaos dan tidak ada keseimbangan berarti ada yang salah dengan fungsi kepercayaan rakyat sebagai modal yang terbesar, atau hutang rasa kita kepada mereka, atau ketidakmampuan memahami keinginan rakyat sehingga aset-aset mereka hilang tanpa tercatat dan tidak berfungsi sama sekali, atau bahkan tidak ketahuan pernah memiliki potensi aset tersebut. Bagaimana cara kita mengembalikan keseimbangan itu? Tentu saja dengan memeriksa akar masalahnya secara teliti, memperbaiki kesalahan dan pada ujungnya merubah, jika cukup pengetahuan untuk memperbaiki ketidakseimbangan itu.
Peranku bagi Indonesia adalah menciptakan ceruk kecil berisi sedimentasi beton untuk menyeimbangkan jembatan penghubung dari satu pulau ke pulau lain. Supaya kuat dan bertahan lama hingga tak perlu lagi masyarakat melihat ke jalan yang rusak untuk menghindari lubang. Cukup jalan saja dengan keyakinan yang pasti bahwa jalanan yang rapuh itu tak ada lagi.
Komentar