Antara Nenek Martha dan Pak Yitno

Liburan panjang maulud nabi dan paskah membawaku pada dua sosok ini. Pak Yitno adalah supir yang mengantarkan kami ke kota seribu kenangan ( for my parents). Mereka menghabiskan umur dan jiwa mudanya disini. Pak Yitno adalah mantan supir presiden Soekarno yang ditangkap karena dituduh terlibat dalam gerakan terlarang tahun '65. Ayahku adalah mantan pendemo yang getol pada masa itu lewat DNA nya yang bertuliskan "TRITURA". Pak Yitno sempat mendekam di Guntur, penjara ala Alcatraz Indonesia yang ditakuti di seantero negeri. Baunya adalah bau penyiksaan yang kejam. Sempat Pak Yitno dipenjara disana, dimasukkan dalam kolam yang berisi ribuan lintah dan darahnya hampir habis karena disedot lintah tiap hari. "Tapi saya bersyukur", katanya mengagetkan saya. "Saya sekarang kebal penyakit, bahkan darah saya sering diminta orang dan peneliti untuk diperiksa kandungannya",seolah membicarakan semacam kontrarevolusi cara hidupnya yang dashyat dan kita berpikir..... aaaahhh, itu cuma mimpi. Yang membuat kami tertegun adalah kakek saya, kepala Guntur pada waktu itu. dan kami nggak bisa membayangkan kakek yang sangat lemah lembut, bersahaja, bisa segalanya, tegas, baik pada cucu-cucunya, bisa menjadi penguasa Guntur pada waktu itu!
Nenek Martha. Nama ini lebih membuatku tertawa geli. Bukan maksudku untuk kurang ajar menertawai nenek buyutku yang punya darah langsung ke aku, tapi lebih karena.... teka-teki DNAku menjadi sooooooooo complicated!. Aku punya bibi-bibi dan paman-paman dari ibu yang, mempunya mata coklat, kulit putih, hidung mancung, mirip Belanda. Sepupuku bahkan ada yang berambut pirang anak dari bibi pertama sampai ke delapan. Matanya ada yang biru sampai gradasi coklat. Kakakku sendiri memiliki mata "siwer" yang indah seperti mata boneka berambut coklatku. Ibuku anak yang terakhir. Diantara sepupuku cuma aku dan sepupu anak bibiku ke 12 (laki-laki) yang terlahir dengan kulit hitam. Kakakku ganteng-ganteng dan putih. CUMA AKU......(for u'r note : Aku Bukan VOC, tapi aku memang matre)
Nenek Martha yang asli Belanda (jaman VOC) menikah dengan kakek buyutku saat itu dan masuk Islam. Kakek adalah penyebar dan pendiri Muhammadiyah di Pekalongan, murid Ahmad Syoorkati. Nenek Martha jatuh cinta pada kakek buyut yang katanya punya darah biru, tapi memang jagoan (don juan jaman rambut bau kenmochi). Kami (Aku dan sepupuku) menyebutnya "darah terkutuk" (hahahaha, padahal ini untuk legalitas "keplayboyannya sendiri). Dan pria-pria ini suka Bandung.... Aku sendiri dulu sudah mengepak bajuku untuk kuliah di STT Telkom. Hingga, kakak menganjurkan untuk mengambil UI Jakarta. Kami semua punya kesamaan . Punya kenangan di jalur2 Braga dan Setiabudi. Punya kenangan wajah-wajah manis orang Bandung, punya nenek Martha dan Pak Yitno yang suka mengantarkan Soekarno ke Bandung. Tongkat Sukarno akan melayang menghentak pundak Pak Yitno kalau beliau memindah gigi dengan cara yang kasar. "Pindah gigi dua", kata mantan orang nomor satu RI ini. Bapak selalu rapat dengan para pendemo di bandung, jadi hotel Savoy bukan barang yang asing baginya. Mantan pacar-pacar dari buyut hingga anak-anaknya adalah orang Bandung. Gak heran tensi beliau tidak melonjak dalam liburan yang penuh kemacetan ini, rupanya orang tuaku juga sering bertemu di kota ini...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tanya Jawab Akuntansi Pemerintahan (1)

PPBS : PLANNING , PROGRAMMING DAN BUDGETING SYSTEM, ANALISA PENGANGGARAN DARI SISI BELANJA DI INDONESIA

Akuntansi Dana