Antara Nenek Martha dan Pak Yitno

Nenek Martha. Nama ini lebih membuatku tertawa geli. Bukan maksudku untuk kurang ajar menertawai nenek buyutku yang punya darah langsung ke aku, tapi lebih karena.... teka-teki DNAku menjadi sooooooooo complicated!. Aku punya bibi-bibi dan paman-paman dari ibu yang, mempunya mata coklat, kulit putih, hidung mancung, mirip Belanda. Sepupuku bahkan ada yang berambut pirang anak dari bibi pertama sampai ke delapan. Matanya ada yang biru sampai gradasi coklat. Kakakku sendiri memiliki mata "siwer" yang indah seperti mata boneka berambut coklatku. Ibuku anak yang terakhir. Diantara sepupuku cuma aku dan sepupu anak bibiku ke 12 (laki-laki) yang terlahir dengan kulit hitam. Kakakku ganteng-ganteng dan putih. CUMA AKU......(for u'r note : Aku Bukan VOC, tapi aku memang matre)
Nenek Martha yang asli Belanda (jaman VOC) menikah dengan kakek buyutku saat itu dan masuk Islam. Kakek adalah penyebar dan pendiri Muhammadiyah di Pekalongan, murid Ahmad Syoorkati. Nenek Martha jatuh cinta pada kakek buyut yang katanya punya darah biru, tapi memang jagoan (don juan jaman rambut bau kenmochi). Kami (Aku dan sepupuku) menyebutnya "darah terkutuk" (hahahaha, padahal ini untuk legalitas "keplayboyannya sendiri). Dan pria-pria ini suka Bandung.... Aku sendiri dulu sudah mengepak bajuku untuk kuliah di STT Telkom. Hingga, kakak menganjurkan untuk mengambil UI Jakarta. Kami semua punya kesamaan . Punya kenangan di jalur2 Braga dan Setiabudi. Punya kenangan wajah-wajah manis orang Bandung, punya nenek Martha dan Pak Yitno yang suka mengantarkan Soekarno ke Bandung. Tongkat Sukarno akan melayang menghentak pundak Pak Yitno kalau beliau memindah gigi dengan cara yang kasar. "Pindah gigi dua", kata mantan orang nomor satu RI ini. Bapak selalu rapat dengan para pendemo di bandung, jadi hotel Savoy bukan barang yang asing baginya. Mantan pacar-pacar dari buyut hingga anak-anaknya adalah orang Bandung. Gak heran tensi beliau tidak melonjak dalam liburan yang penuh kemacetan ini, rupanya orang tuaku juga sering bertemu di kota ini...
Komentar